Tuesday, January 17, 2006

SANG OMBAK TERBARING DI LENGAN SANG LAUTAN


Oleh : Satyaprem
Diterjemahkan oleh : Hardi C.

Begitu banyak pikiran, bukan ? Lalu bagaimana menghentikannya ? Terlintas pertanyaan ini bukan? Siapa yang tidak ingin menghentikan pikiran-pikiran itu? Saya membawa beberapa kabar yang berhubungan dengan pikiran. Dan apa yang harus dilakukan …

Berapa banyak metode yang diberikan kepada kita untuk menghentikan pikiran-pikiran itu? Apakah anda bisa menghitungnya? Karena kabar yang saya bawa adalah bahwa tidak perlu untuk menghentikan pikiran itu. Mulai hari ini dan seterusnya, undanglah pikiran itu untuk tinggal. Biarkan mereka tinggal. Katakan kepada mereka:”Selamat datang pikiran, Marilah! Pikirkan sebanyak yang kamu inginkan! Datanglah kepadaku semua pikiran!”

Itu karena anda bukanlah pikiran-pikiran itu. Dan anda, siapa anda sebenarnya, secara mendasar, tidak berpikir. Anda yang sejati tidaklah berpikir. Anda pikir bahwa anda berpikir, tetapi ANDA tidak berpikir! Maka, undanglah pikiran-pikiran itu untuk tinggal.

Kenapa anda selama ini melawan pikiran-pikiran anda? Mereka bukan milik anda. Mereka hanya pikiran ! Seperti suara mobil yang lalu lalang, seperti suara dari bisikan-bisikan … semuanya di luar anda. Bayangkan jika untuk memperoleh kedamaian anda membutuhkan agar semua mobil itu berhenti, semua suara itu sunyi, semua hujan tidak turun, semua hari panas tidak panas, semua hari dingin tidak dingin dan semua sakit perut tidak terasa sakit … Maka anda akan memiliki peluang yang sangat kecil untuk mengenali kedamaian di dalam diri. Saya yakin jika kita berpikir seperti ini, kita berada di jalan yang salah. Kita masih mencari ke luar.

Mungkin anda semua telah mencoba menghentikan pikiran. Anda telah mencoba menghentikan mobil-mobil itu … Anda punya pikiran tentang memiliki sebuah rumah di puncak bukit untuk menemukan kedamaian. Dan ketika anda pergi ke sana, tidak ada kedamaian juga di sana ! Jika seandainya ada, maka itu hanya sementara. Ada yang salah dengan pencarian ini dan saya akan mengambil resiko untuk memberitahukan bahwa pencarian itu sendirlah yang salah.

Seseorang memberikan ide bahwa anda harus mencari kedamaian, dan anda percaya. Bahkan karena, sebelum mereka mengatakannya, mereka bilang anda belum berada dalam kedamaian. Dan lagi-lagi anda percaya. Maka, tentusaja, mereka bilang kepada anda untuk mulai mencarinya… Dan anda mulai mencari kedamaian itu di luar diri : jika aku makan makanan tertentu, jika aku melakukan beberapa jenis latihan… aku akan menemukan kedamaian. Dalam hal tertentu anda menemukan kedamaian. Kedamaian relatif. Sampai sesuatu terjadi : seseorang menginjak kaki anda, menumpahkan minuman di baju anda, berteriak kepada anda, seeseorang menentang anda, seseorang melakukan sesuatu yang tidak dapat anda terima… Dan kedamaian yang telah anda taklukan mendadak musnah. Dan kemudian, sekali lagi anda berkata :”Aku tidak sempurna, aku perlu tumbuh menjadi lebih baik, aku perlu lebih memperbaiki disiplin, aku akan lebih banyak bermeditasi. Rupanya belum cukup apa yang telah kulakukan. Aku perlu melakukan lebih banyak.” Dan anda melihat diri anda sebagai sosok yang tidak sempurna, yang memerlukan penyempurnaan. Kemudian anda mencoba untuk lebih sempurna. Tapi berapa lama ? Berapa lama anda akan mencarinya dengan cara ini ?
Akankah anda mencapainya ? Apakah tidak ada sesuatu yang hilang dengan cara ini ?
Anda berpikir:”Aku akan membeli buku baru. Tampaknya di sana ada kuncinya.” Dan anda pergi, membeli buku itu dan mebacanya dari awal sampai akhir, mengulang bolak-balik beberapa kali karena anda lupa yang telah anda lewati, kemudian anda membaca baris yang sama lagi… dan anda menuju ke halaman berikutnya… tiba-tiba anda menemukan diri anda di tengah-tengah halaman, dan anda tidak ingat apa yang telah and abaca sebelumnya. Kemudian anda mulai dari awal lagi. Anda sampai di akhir buku dan bertanya-tanya:”Di mana kuncinya?”

Apakah anda benar-benar harus mencari? Dan, dalam kenyataan, apakah anda tahu apa yang harus anda cari? Bahwa apa yang anda cari bukanlah ide yang dibuat sebelumnya? Sebuah ide yang telah diberikan kepada anda mengenai bagaimana yang seharusnya, atau bagaimana yang telah dicontohkan dulu. Anda mencoba mengenali sesuatu yang disampaikan kepada anda melalui konsep-konsep. Jadi, sekalipun misalnya anda telah tercerap ke dalam realitas, di dalam keadaan “budis”, di dalam nirvana anda, anda tidak akan tahu, semata hanyalah karena itu tidak bersesuaian dengan apa yang telah anda baca, atau dengan ide-ide yang telah anda miliki. Anda ingat:”Kelihatannya anda tidak merasakan keinginan apapun lagi.” Dan segala sesuatunya berlangsung baik, tapi anda masih punya keinginan. Lalu bagaimana? Maka, anda mulai lagi, karena ada sesuatu yang kurang. Anda berpikir:”Mereka bilang anda tidak bermimpi” Tetapi tadi malam anda bermimpi. Lalu anda mulai lagi, karena ada yang dirasa kurang. “Itu berada di suatu tempat lain, di lain waktu.” Dan anda mengejarnya ...

Untuk berapa lama? Kapan anda akan mengerti sesuatu dari proses ini? Dan dapatkah pikiran anda mengerti sesuatu ini? Apakah sesuatu ini? Mungkin anda telah mengerti apa yang saya bicarakan sekarang. Tetapi untuk itu, ada kebutuhan utuk mengosongkan cangkirnya. Lakukan hal berikut: bahkan ide untuk mengosongkan cangkir harus dikosongkan juga. Anda harus mengosongkan cangkir dan anda harus mengosongkan ide bahwa anda harus mengosongkan cangkir, atau bahwa cangkirnya kosong, atau bahwa di sana ada cangkir, dan juga ide bahwa di sana ada seseorang untuk mengosongkan cangkir itu. Tetapi bagaimana anda melakukannya? Maka, lagi, anda kembali melakukan bermacam-macam hal...

“Tetapi saya harus melakukan sesuatu, kalau tidak, akan menjadi apa?” Ayolah! Lihatlah bagaimana tampaknya selama ini! Anda telah melakukan berbagai hal tanpa henti, bahkan ketika tidak melakukan apapun, karena tidak melakukan apapun adalah suatu perbuatan juga. Sebagai contoh:”Sekarang saya akan bermeditasi.” Kemudian anda duduk, bernafas, mengamati nafas anda, mata ketiga anda, hara anda, ujung-ujung telinga anda, ujung hidung anda... Kemudian, waktu untuk bermeditasi selesai, dan lagi... Kenyataannya, tidak ada yang berubah. Sebelumnya anda melakukan satu hal, dan sekarang anda bersiap melakukan hal yang lain lagi. Adakah perbedaan mendasar antara melakukan sebuah meditasi dibandingkan dengan membaca koran atau bermain sepakbola? Lihatlah: intinya itu semua adalah perbuatan. Hanya di dalam konsep pikiran saja terdapat perbedaan. Meditasi tampaknya lebih murni daripada bermain bola, sehingga, “Aku tersucikan ketika bermeditasi, dan tidak tersucikan ketika aku bermain sepakbola,“ Ini hanya konsep!

“Apa yang hilang? Aku harus menemukan Kebenaran! Aku akan bepergian ke Amerika, berada di gurun selama 21 hari, di New Mexico, bernyanyi bersama anjing-anjing liar, aku akan menapaki jalan ke Santiago, atau aku akan tinggal di Himalaya selama setahun... Aku telah menjual semuanya dan sekarang siap untuk pergi,” Begitukah?

Ada cerita mengenai orang yang tercerahkan, bahwa sebelum pencerahannya pergi ke orang lain yang telah tercerahkan dan bertanya: “Apa yang telah anda miliki ini, bisakah anda berikan kepada saya?” Dan jawabannya adalah: “Ya! Saya bisa! Dan anda, bisakah anda menerimanya?” Itu adalah permainan kata-kata yang brilian! “Saya tidak memiliki apapun untuk diberikan, dan tidak ada apapun yang harus anda terima.”

“Di manakah kesalahannya? Kenapa saya tidak bisa menemukannya jika saya mencari, mencari dan mencari?” Tetapi apakah anda berpikir bahwa pencarian itu sendirilah yang salah? Apakah anda pernah berpikir apa yang akan terjadi bila anda berhenti mencari? Maka lagi-lagi saya menanyakan pertanyaan yang sama: Siapa yang akan berhenti mencari, jika bukan orang yang sama dengan yang sedang mencari? Dan apakah ada perbedaan mendasar antara mencari dan berhenti mencari?

Bagaimana memahami apa yang saya sampaikan? Ayolah! Secara langsung! Jika saya mengatakan bahwa ketika anda berhenti mencari, anda menemukan, siapakah sosok yang menghentikan pencariannya itu? Itu adalah sosok yang sama dengan yang tadinya tengah mencari. Dan perbuatan itu berlangsung terus. Sosok yang melakukan perbuatan tetap ada. Jadi di manakah akar dari semua ini? Pertanyaan saya ini sangat mendasar. Dan berapa banyak di antara kita memiliki keberanian untuk memperhatikan pertanyaan itu dan mencoba menjawabnya? Dan berapa banyak di antara kita yang mengetahui, apa pertanyaannya? Berapa banyak di antara kita yang mengetahui sosok apakah yang tengah mencari? Siapa sosok yang mengerti bahwa dia harus berhenti mencari, dan akan berhenti mencari? Siapa aku? Apakah aku benar-benar tahu siapa aku? Apakah aku telah menemukan jawaban pertanyaan ini? Apakah aku menyadarinya? Berapa banyak di antara kita yang thau jawabannya? Jika jawabannya ada! Mungkin saja ada, tetapi mungkin itu bukan suatu ide yang dapat anda pikirkan. Mungkin itu sesuatu yang tak mungkin terpikirkan. Mungkin itu sesuatu yang anda tidak akan suka menemukannya dan karenanya anda mencari kunci di setiap saku, kecuali satu. Anda bahkan mencari kuncinya di saku orang lain, anda bepergian jauh dan mencari di saku orang lain kalau-kalau kunci anda ada di sana, bahkan anda mencari di tempat-tempat yang belum pernah anda kunjungi sebelumnya, tetapi di dalam saku “yang itu”, anda tidak menyentuh. Anda tidak mencari di sana. Mungkin karena anda tidak ingin tahu apa yang terkandung di dalam kunci itu, apa substansinya dan terbuat dari apa... jika itu terbuat dari sesuatu...atau bahkan apakah di sana benar-benar ada kunci. Ingat: ada sebuah saku yang perlu dicari. Hanya tinggal satu saku yang belum digeledah. Di semua tempat lainnya anda telah mencoba untuk menemukan, dan, bila anda mengamati, orang-orang di sekeliling anda juga telah mencoba menemukan di tempat-tempat lain, dan mereka tidak menemukan.

Hanya ada satu tempat untuk mencari, dan itu dimulai dengan pertanyaan: Siapa kamu? Dan percaya saya! Anda bukanlah apa yang anda pikirkan. Tidak masalah betapapun indahnya ide yang anda miliki tentang diri anda, atau betapa menghebohkannya, atau betapa mengerikan, atau betapa lumayan. Ini bukan masalah sifat: masalahnya adalah substansi. Anda bukanlah sebuah ide, karena sebuah ide bisa diulang-ulang, dan anda tidak adalah tak bisa terulang.

Anda bukanlah sesuatu yang dapat disentuh. Ide apapun yang saya berikan kepada anda, ide apapun yang anda pikirkan, bukanlah anda sebenarnya. Karena anda tak terkatakan.... Dan kemudian, anda mungkin berpikir: “Ok! Aku tahu siapa aku! Aku tidak terpikirkan!” Tetapi itu hanya sebuah ide lain. Intinya, anda bukanlah yang terpikirkan atau yang tak-terpikirkan. Siapa anda? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh anda. Itu tidak bisa dijawab oleh orang lain, atau saya. Tetapi itu harus ditanyakan: Siapa aku?


Siapa sosok yang berpikir bahwa dia berpikir? Siapakah sosok yang berpikir bahwa musti menghentikan pipkiran untuk mencapai nirvana? Siapa sosok yang berpikir bahwa dirinya menderita? Siapa sosok yang berpikir bahwa dirinya bahagia? Siapa sosok yang berpikir bahwa dia adalah sebuah “aku” dan mengatakan “aku” setiap hari: “Aku ingin ini... aku ingin itu... aku suka itu... aku tidak suka itu...” Sang “aku” ini yang membuat pilihan-pilihan, hadir hanya di dalam aliran pikiran-pikiran ini, pilihan-pilihan ini.

“Siapa aku?” Tampaknya begitu rumit, tetapi itu lebih sederhana daripada yang dapat anda pikirkan. Alasannya yang sederhana adalah bahwa anda telah mejadi itu dan tidak punya kesempatan untuk menjadi bukan itu. Anda tidak bisa menemukan diri anda karena anda adalah sosok yang mencari. Dengan gambaran yang diberikan kepada anda, anda dapat mengerti bahwa ada seseorang yang mencari, dan ada sesuatu yang harus ditemukan. Ada sebuah subyek dan sebuah obyek. Dan anda dapat memilih siapa anda: sang subyek atau sang obyek. Meskipun demikian, apapun pilihan yang anda buat, itu bukanlah anda yang sejati.

Tiba-tiba , anda menghadapi kekosongan, yang tak terpikirkan, yang tak berbentuk, yang tak terbatas... yang tidak dapat diukur, tidak dapat diperhatikan, dirasakan atau dimengerti... Dan kemudian anda menghadapi “itu” dan anda mengatakan: “Tidak! Tidak mungkin ini adalah itu! Ini adalah malapetaka!” Benarkah itu sebuah malapetaka? Tidak ada cara mengetahuinya kecuali anda menghadapi dan melihatnya sendiri. Berspekulasi sebelum anda melompat ke dalam jurang yang terjal itu adalah sia-sia. Ajakan saya adalah: sebelum berpikir, melompatlah! Berpikirlah belakangan... Jurang terjal yang saya bicarakan ini adalah diri sejati anda. Lawanlah sesuatu yang dikatakan orang-orang bahwa itu tidak dapat dijangkau dan menakutkan. Dan jangan lupa bahwa ini sebuah gambaran yang dipinjam dari orang lain. Pikiran mencerna gambaran mengenai sesuatu yang kosong sebagai kekosongan belaka, tetapi bagaimana seandainya kekosongan itu adalah penuh, dan kepenuhan yang telah dibayangkan oleh akal adalah kosong?
Jika anda mengamati sekarang, anda akan melihat bahwa pengalaman kepenuhan yang dicerna oleh akal seluruhnya kosong, bukankah begitu? Anda membeli sebuah mobil baru dan anda merasa penuh. Tetapi tahun berlalu dan kepenuhan itu menjadi kosong. Dan anda memerlukan mobil lain lagi... Dan seterusnya, keinginan mengisi hidup anda dengan kekosongan. Siapa tahu jadinya, mungkin kekosongan itu benar-benar mengisi hidup anda? Selidiki! Dan jangan lupa bahwa langkah pertama menuju kekosongan ini adalah dengan mengetahui siapa anda sebenarnya.


“Oh, aku Robert, insinyur, putera dari ayah dan ibuku...” Apakah benar? Apakah itu diri anda sebenarnya? Wow! Itu begitu sederhana dan mereka membuatnya begitu rumit, begitu tak terjangkau! Hal itu bisa dimengerti karena apapun yang mudah dan sederhana, anda menganggapnya selalu begitu. Jika saya berkata bahwa setelah menemukan Kebenaran anda akan mendapatkan keajaiban dan akan bisa berjalan berkeliling alam semesta, maka di sana ada nilai. Tetapi bila jawabannya negatif, maka anda akan segera bertanya: “O, jadi kenapa harus menemukan Kebenaran? Jika tak ada apa-apa yang terjadi! Jika tidak ada yang berubah, jika segala sesuatunya tetap sama... lalu kenapa?” Maka, mereka mengubahnya menjadi sulit; anda berpikir bahwa anda harus bermeditasi sedikit lagi, atau mempersiapkan diri, atau bahwa anda perlu mensucikan tubuh anda, pikiran anda, jiwa anda... Bahwa anda, seperti apa adanya saat ini adalah tidak suci. Jadi ada ideal lain, sesuatu yang lain dicita-citakan, ditunda ke waktu lain di masa depan. Dan anda menerimanya dengan hati terbuka. Kemudian anda bermeditasi sedikit lagi, dan lagi-lagi masalah lain diberikan kepada anda. Dan sekali lagi hal itu tertunda...

Itu bisa terjadi sekarang! Di sini! Dan sekali lagi saya dapat mendengar pikiran anda mencoba untuk belajar apa yang telah dikatakan: “Tapi apa yang harus terjadi? Perhatikan! Apakah ada sesuatupun yang harus terjadi? Mereka mengatakan kepada anda bahwa sesuatu akan terjadi, dan anda hidup menunggu sesuatu yang akan terjadi. Dan saya sekali lagi mengulangi: sesuatu ini hanya gambaran! Ada tidak akan melihat cahaya ataupun merasakan ledakan ekstasi! Anda telah mencari siapa diri anda, menunggu hal-hal seperti itu. Tetapi jangan menipu diri anda. Tidak ada gambaran yang menyamai diri anda yang sejati.

Di abad pertengahan di Eropa, ada kelompok relijius bernama “Persaudaraan Jiwa Bebas”. Mungkin satu dari sedikit tradisi pencerahan di barat. Mereka mengatakan hal berikut: “Anda adalah tuhan. Dalam dunia fenomenologis, anda adalah perwujudan, emanasi dari Tuhan, jika telah menyelesaikan masa wadag anda, anda kembali kepadaNya, dan tidak ada sesuatupun kecuali Tuhan maujud dan kembali lagi.” Sempurna! Itu tidak mungkin begitu sederhana! Kita tidak terpisah dari Tuhan, tetapi sebuah pemancaran (emanasi) dari itu, yang sedang beristirahat... Itu memancar, hadir, dan jika proses emanasi selesai, itu kembali! Seperti sebuah ombak di badan Lautan. Itu naik, turun... dan berakhir!

Dan sekarang? Siapa anda? Apakah anda ombak itu? Sebuah emanasi? Intinya, apakah akar pertanyaannya? Dan apakah akar jawabannya? Segala sesuatu yang ada adalah Lautan itu! Tidak ada ombak! Sebuah nama yang diberikan kepada sesuatu yang adalah sang Lautan itu sendiri. Dan ketika sebuah nama diberikan kepadanya, suatu pemisahan antara ombak dan lautan ditetapkan. Dan mungkin itu menjelaskan identifikasi anda dengan nama dan rupa anda.

Temukanlah! Ada kecenderungan untuk mencari di tempat yang salah. Anda telah memperhatikan sesuatu yang tak bisa diperhatikan, karena anda sendirilah yang memperhatikan itu. Tidak ada jalan keluar! Tidak ada tempat untuk dituju. Untuk itu berhentilah mencari! Berhenti! Nol-kan semuanya! Dan jangan lupa, ini bukan peng”nol-an, karena tidak ada seseorangpun yang nol. Tidak ada sesuatupun di luar yang Keseluruhan, keluar dari Ketuhanan, keluar dari Intisari, keluar dari Kesadaran...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home